USLUB BAHASA ARAB USLUB BAHASA ARAB Author
Title: REFERENSI AHLUSSUNNAH DALAM BERAQIDAH
Author: USLUB BAHASA ARAB
Rating 5 of 5 Des:
     Oleh: ustadz Abdurrahman Toyyib, Lc hafizuhullah Ta’ala   1.   Referensi Aqidah yang benar adalah Al-Qur’an & As-S...

     Oleh: ustadz Abdurrahman Toyyib, Lc hafizuhullah Ta’ala


  1. Referensi Aqidah yang benar adalah Al-Qur’an & As-Sunnah serta ijma’ para salaf (Sahabat Nabi shalallahu’ alaihi wa sallam, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in). dan inilah sumber hukum dalam agama islam. Allah Ta’ala Berfirman:

إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS. Al-Isra’ ayat 9)


تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُمَا: كِتَابُ اللهِ وَسُنَّتِي

“Aku tinggalkan dua perkara kepada kalian yang ( jika kalian berpegang teguh dengannya) kalian tidak tersesat selama-lamanya: al-qur’an dan Sunnahku.” (HRS. Malik & al-Hakim)

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الًّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat), kemudian yang datang setelah mereka (para tabi’in) dana yang setelah mereka (para tabi’ut tabi’in)”. (HR. Bukhori & Muslim)

   2. Apabila Manusia berselisih dalam memahami dalil-dalil agama maka pemahaman salaf sebagai hujjah dan pemutus dalam masalah aqidah. 

     Rasulullah Shalallahu’ alaihi wa sallam bersabda:

أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِيْنَ تَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، (وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ)".  (رواه النسائي والترمذي وقال حديث حسن صحيح)

“Aku wasiatkan kalian untuk bertaqwa kepada Allah ‘azza wa jalla dan mendengar serta taat (kepada pemimpin kaum muslimin) meskipun dia dari budak Ethopia. Sesungguhnya barangsiapa yang hidup setelahku nanti dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan Sunnah para khulafa’ Rasyidin. Berpegang teguhlah dengannya dan gigit erat dengan gigi graham kalian. Dan jauhkanlah diri kalian dari perkara-perkara yang baru (dalam urusan agama) karena setiap perkara yang baru (dalam urusan agama) adalah bid’ah (dan setiap yang bid’ah) itu sesat (dan setiap yang sesat itu di neraka)” (HSR. An-Nasa’I & Tirmidzi)

Dan beliau shalallahu’alaihi wa sallam Juga bersabda:

أَلَا وَإِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ المِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِيْنَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الجَنَّةِ، وَهِيَ الجَمَاعَةُ". (رواه أحمد وغيره وحسنه الحافظ) وَفِي رِوَايَةٍ: " كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةٌ وَاحِدَةٌ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي" رواه الترمذي

ketahuilah sesungguhnya orang-orang yang sebelum kalian dari ahli kitab telah terpecah belah menjadi 72 golongan. Dan sesungguhnya umat islam akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 di neraka dan satu di surge, yaitu al-Jama’ah. (HR Ahmad & Lainnya). Di dalam riwayat lain: semuanya masuk neraka kecuali satu golongan yaitu yang mengikuti aku dan para sahabatku” (HR. Tirmizi)

   3.  Manhaj salaf dalam aqidah itu lebih pintar, lebih selamat dan lebih bijaksana.

Manhaj mereka tertuang dalam atsar mereka di dalam kitab-kitab karya mereka serta dalam kitab-kitab hadits dan atsar. Abdullah bin mas’ud berkata: “ Barangsiapa yang ingin mencari suri tauladan maka jadikanlah para sahabat ebagai suri tauladan. Karena mereka adalah orang yang paling baik hatinya, yang paling mendalam ilmu agamanya, yang tidak berlebih-lebihan dalam beragama dan yang paling lurus petunjuknya serta yang paling baik keadaannya. Mereka adalah manusia yang Allah ta’ala pilih untuk menemani nabi-Nya dan untuk menegakkan agama-Nya. Maka kenalilah jasa-jasa mereka dan ikuti petunjuk mereka karena mereka berada di atas shirathal Mustaqim”

[Ushulussunnah hal. 26 oleh Imam Ahmad dengan syarah dan tahqiq syaikh Wahid bin Muhammad Nabiih bin Saif An-Nashr]

   4. Aqidah itu Taufiqiyah tidak boleh di ambil kecuali dari wahyu.

  5. Perincian masalah aqidah merupakan permasalahan ghaib, maka tidak bisa diketahui dengan akal semata dan tidak bisa di gapai dengan prasangka.
     
   Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Radhi ‘yallahu ‘anhu berkata: Seandainya aqidah itu dengan akal maka bagian bawah sepatu lebih layak di basuh daripada bagian atasnya. (HR. Abu Daud)

  6. Setiap orang yang berusaha untuk menetapkan masalah aqidah tanpa referensi yang syar’I maka dia telah berdusta atas nama Allah Ta’ala dan berkata tentang Allah ta’ala tanpa ilmu.

Allah Ta’ala Berfirman:


قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al-A’raf ayat 33)

   7. Landasan aqidah adalah taslim dan ittiba’. Taslim (menyerahkan diri) kepada Allah dan ittiba’ ( mengikuti) Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam.

Allah Ta’ala berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’ ayat 65)

Imam Az-Zuhri berkata: Agama berasal dari Allah ta’ala tugas rasul shalallahu’alaihi wa sallam adalah menyampaikan dan kewajiban kita adalah menyerahkan diri/ tunduk. 

[Shohih Bukhari Kitab tauhid bab 46]

     8.Tidak boleh meneladani ilmu kalam dan filsafat

Imam asy-syafi’I rahimahullah berkata: Sanksi yang aku berikan kepada yang belajar ilmu kalam adalah dipukul dengan pelepah kurma dan terompah. Kemudian orang itu dikarak dikampung-kampung seraya diumumkan: inilah balasan bagi yang meninggalkan al-Qur’an dan as-Sunnah serta belajar ilmu kalam (Filsafat). 

[Syarhu As-Sunnah 1/218 Oleh Imam al-Bagdadi]

___________________________________________    

MaRaJI’



  1. An-Nubadz ‘Ala Syarh As-Sunnah li Al-Barbahari Oleh Syaikh Abdullah bin Shalih al-‘Ubailan.
  2. Dirasaat Fii al-Ahwa al-Firaq wa al-Bida’ wa Mauqif as-Salaf Minha Oleh Syaikh DR. Nashir bin Abdul karm al-Aql
  3. Ushuussunnah oleh Imam Ahmad dengan syarah dan tahqiq syaikh walid bin Muhammad Nabiih bin Saif an-Nashr.

About Author

Advertisement

Posting Komentar

 
Top