Oleh: Abu
Nafisah Abdurrahman Thoyyib, Lc. hafizhahullah
Sering kita
mendengar pro dan kontra tentang istilah Salafi atau Dakwah Salafiyah. Seorang
muslim yang bijak tidak akan mungkin mau memvonis sesuatu, ini salah atau benar
kecuali berlandaskan ilmu dan bukti yang nyata. Allah ta'ala berfirman:
وَلَا تَقفُ مَا لَيسَ لَكَ
بِهِ عِلمٌ إِنَّ ٱلسَّمعَ وَٱلبَصَرَ وَٱلفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ كَانَ عَنهُ
مَسـُٔولاً
"Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya." (QS. Al-Isro' : 36)
Imam Bukhori
rahimahullahu membuat suatu bab dalam shohihnya dengan judul "Ilmu
itu sebelum berbicara dan berbuat". Oleh karena itulah mari kita pelajari
hal-hal berikut ini:
- Asal kata "Salaf" dan "Salafi" dalam bahasa arab :
Salaf secara
bahasa artinya orang yang mendahului kita dengan ilmu, iman, keutamaan dan
kebaikan. Ibnu Mandzur berkata: "Salaf adalah orang yang
mendahuluimu dari nenek moyang serta kerabatmu yang lebih di atasmu baik dari
usia maupun keutamaan. Oleh karenanya generasi pertama umat ini dari kalangan
tabi'in dinamakan salafush sholeh".[1]
Makna
seperti diatas ini pernah dipakai oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wa
sallam ketika beliau berkata kepada putri beliau Fatimah –rodhiyallhu
'anha- : نِعمَ السَلَفُ أَنَا لَكِ "Sebaik-baik pendahulu bagimu adalah
aku" (HR.Muslim)
Adapun secara istilah, salaf (yang
shaleh) berarti para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in dan yang mengikuti
mereka dengan baik. Berkata Al-Qolsyaani: "Salafush sholeh adalah
generasi pertama yang kokoh keilmuannya, yang mengikuti petunjuk Nabi Shalallahu’alaihi
wa sallam serta yang menjaga sunnah beliau. Allah memilih mereka untuk
menemani Nabi-Nya serta untuk menegakkan agama-Nya. Para imam (kaum muslimin)
ridho dengan mereka dan mereka telah berjuang di jalan Allah dengan sebenarnya,
menyeru umat dan memberi manfaat kepada mereka serta mereka kerahkan jiwa
mereka dalam rangka meraih keridhoan Allah. Allah telah memuji mereka di dalam
Al-Qur'an:
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ
وَٱلَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى ٱلكُفَّارِ رُحَمَاءُ بينهم تَرَٮٰهُم رُكَّعًا
سُجَّدًا يَبتَغُونَ فَضلاً مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضوَانًا سِيمَاهُم فِى وُجُوهِهِم مِّن
أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ذَالِكَ مَثَلُهُم فِى ٱلتَّورَٮةِ وَمَثَلُهُم فِى ٱلإِنجِيلِ كَزَرعٍ
أَخرَجَ شَطـَٔهُ ۥ فَـَٔازَرَهُ ۥ فَٱستَغلَظَ فَٱستَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعجِبُ
ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بهم ٱلكُفَّارَ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ
ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ منهم مَّغفِرَةً وَأَجرًا عَظِيمَا
“Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat
mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman
itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman
itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan
kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara
mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS.Al-Fath : 29)
Dan Allah
berfirman :
لِلفُقَرَاءِ ٱلمُهَـٰجِرِينَ
ٱلَّذِينَ أُخرِجُواْ مِن دِيَـٰرِهِم وَأَموَالِهِم يَبتَغُونَ فَضلاً مِّنَ ٱللَّهِ
وَرِضوَانًا وَيَنصُرُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ أُوْلَـٰٮِٕكَ هُمُ ٱلصَّـٰدِقُونَ
(٨) وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلإِيمَـٰنَ مِن قَبلِهِم يُحِبُّونَ مَن هَاجَرَ
إِلَيهم وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِم حَاجَةً مِّمَّا أُوتُواْ وَيُؤثِرُونَ عَلَىٰ
أَنفُسهم وَلَو كَانَ بهم خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفسِهِ فَأُوْلَـٰٮِٕكَ هُمُ
ٱلمفلِحُونَ (٩)
" (juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung
halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan
keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. mereka Itulah orang-orang
yang benar. (8) dan orang-orang yang
telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan)
mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada
mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati
mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun
mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka Itulah orang orang yang beruntung. (9) “ (QS.Al-Hasyr : 8-9)
Di dalam
ayat ini Allah menyebutkan orang-orang Muhajirin dan Anshor. Dan Allah memuji
para pengikut mereka dan Allah ridho dengan yang datang setelah mereka. Dan
Allah mengancam orang-orang yang menyelisihi mereka serta memilih selain jalan
mereka dengan adzab. Allah berfirman :
وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ
مِن بَعدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلهُدَىٰ وَيَتَّبِع غَيرَ سَبِيلِ ٱلمُؤمِنِينَ نُوَلِّهِ
مَا تَوَلَّىٰ وَنُصلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَت مَصِيرًا
"Dan
barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS.An-Nisa' : 115)
Maka wajib
mengikuti mereka serta menelusuri jejak mereka dan memohonkan ampun untuk
mereka. Allah berfirman [2] :
وَٱلَّذِينَ جَاءُو مِن
بَعدِهِم يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغفِر لَنَا وَلِإِخوَٲنِنَا
ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلإِيمَـٰنِ وَلَا تَجعَل فِى قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِينَ
ءَامَنُواْ رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
"Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa:
"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian
dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (QS.Al-Hasyr : 10)
Adapun istilah Salafi atau
Salafiyah adalah penisbatan kepada salaf. Jadi arti Salafi itu sendiri
adalah orang yang menapaki jejak salaf dan yang mengikuti petunjuk mereka.
Berkata Abdul Karim As-Sam'ani : "Salafi
adalah penisbatan diri kepada salaf dan menelusuri jalan mereka".[3]
Lajnah
Daimah (Perkumpulan Ulama Besar di Saudi Arabiah) mengatakan: "Salafiyah
adalah nisbat kepada salaf dan salaf itu adalah para sahabat Rasulullah Shalallahu’alaihi
wa sallam serta para imam petunjuk dari tiga generasi Islam yang pertama yang
telah dipuji oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam dalam sabda
beliau:
خَيرُ النَاسِ قَرنِي ثُمَّ
الذِينَ يَلُونَهُم ثُمَّ الذِينَ يَلُونَهُم
"Sebaik-baik
generasi adalah generasiku (sahabat) kemudian setelah mereka (tabi'in) kemudian
setelah mereka (Tabi'ut tabi'in)" (HR.Bukhori, Muslim dan Ahmad).
Salafiyun
jamak dari Salafi yang merupakan nisbat kepada salaf yang artinya orang-orang
yang berjalan diatas manhaj salaf dengan mengikuti Al-Qur'an dan sunnah serta
berdakwah kepada keduanya dan mengamalkannya, maka mereka itulah yang disebut
sebagai ahlu sunnah wal jama'ah".[4]
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu
berkata: "Sesungguhnya salaf adalah generasi pertama dan yang mulia dari
umat ini. Barangsiapa yang mengikuti jejak mereka dan berjalan diatas metode
mereka maka dialah Salafi dan barangsiapa yang menyelisihi mereka maka dia
adalah al-kholaf".[5]
Syaikh Sholeh bin Abdullah Al-'Abud –hafidzahullahu-
berkata: "Yang dimaksud dengan Salafiyah adalah mengikuti jejak salafush
sholeh dari umat ini yang mereka adalah ahlu sunnah wal jama'ah. Maka hal ini
berarti ijma' yang bisa dijadikan hujjah/sandaran, karena mereka berada diatas
sunnah Rasulullah r secara lahir maupun batin dan mengikuti jalannya para
muhajirin dan anshor serta yang mengikuti mereka dengan baik."[6]
·
Dalil-dalil Wajibnya Mengikuti
Salaf
Mengikuti manhaj salaf bukanlah suatu
hal yang mustahab (bila dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak
mengapa). Tapi mengikuti jejak mereka dalam segala bidang baik aqidah, ibadah,
dakwah, jihad, muamalah, akhlak dan lain-lain adalah suatu kewajiban bagi yang
menginginkan hidayah dan keselamatan di dunia dan di akhirat.
1. Allah ta'ala berfirman:
وَٱلسَّـٰبِقُونَ ٱلأَوَّلُونَ
مِنَ ٱلمُهَـٰجِرِينَ وَٱلأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحسَـٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ
عَنهم وَرَضُواْ عَنهُ وَأَعَدَّ لَهُم جَنَّـٰتٍ تَجرِى تَحتَهَا ٱلأَنهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ
فِيها أَبَدًا ذَٲلِكَ
ٱلفَوزُ ٱلعَظِيمُ
"Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang
muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (QS.At-Taubah
: 100)
Didalam ayat
ini Allah memuji orang-orang yang mengikuti jejak salaf dari kalangan Muhajirin
dan Anshor dan di dalamnya terdapat perintah akan wajibnya mengikuti mereka,
karena keridhoan Allah tidak mungkin bisa diraih melainkan hanya dengan
mengikuti mereka.
2. Allah ta'ala berfirman :
وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ
مِن بَعدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلهُدَىٰ وَيَتَّبِع غَيرَ سَبِيلِ ٱلمُؤمِنِينَ نُوَلِّهِ
مَا تَوَلَّىٰ وَنُصلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَت مَصِيرًا
"Dan
barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS.An-Nisa' : 115)
3. Allah ta'ala berfirman :
فَإِن ءَامَنُواْ بِمِثلِ
مَا ءَامَنتُم بِهِ فَقَدِ ٱهتَدَواْ وَّإِن تَوَلَّواْ فَإِنَّمَا هُم فِى شِقَاقٍ
فَسَيَكفِيكهُمُ ٱللَّهُ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلعَلِيمُ
"Maka
jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh
mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka
berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari
mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS.Al-Baqoroh: 137)
Allah
menyebutkan dalam ayat ini bahwa hidayah itu hanya bisa diperoleh lewat
jalannya para sahabat Radhiyallahu’ anhu. Hal ini juga dikatakan oleh
Ibnul Qoyyim rahimahullahu ketika menjelaskan apa yang dimaksud dengan shirotol
mustaqiim dalam surat Al-Fatihah, beliau berkata: "Setiap yang
lebih tahu tentang kebenaran dan yang lebih mengikuti kebenaran maka dialah
yang lebih berhak mendapatkan shirotol mustaqim. Tidak diragukan lagi bahwa
para sahabat Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam lebih berhak dengan
hal ini dari pada Syiah Rofidhoh… Oleh Karena itulah para salaf
mentafsirkan shirotol mustaqim dengan Abu Bakar dan Umar serta
para sahabat Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam , dan tafsir mereka
inilah yang benar."[7]
4. Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda dalam
hadits Irbadh bin Sariyah radhiyallahu’anhu :
عَلَيكُم بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ
الخُلَفَاءِ المَهدِيِينَ الرَاشِدِينَ, تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيهَا بِالنَوَاجِذِ
"Berpegang
teguhlah dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rosyidin, pegang eratlah
sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian" (HSR.Abu Dawud, Tirmidzi,
Ibnu Majah dan lain-lain)
5. Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
تَفَرَّقَت اليَهُودُ عَلَى
إِحدَى وَسَبعِينَ فِرقَةً أَوثِنتَينِ وَسَبعِينَ فِرقَةً, وَالنَصَارَى مِثلَ ذَلِكَ,
وَتَفَرَّقَت أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبعِينَ فِرقَةً وَفِي رِوَايَةٍ إِنَّ بَنِي
إِسرَائِيلَ تَفَرَّقَت عَلَى ثِنتَينِ وَسَبعِينَ مِلَّةً, وَتَفَرَّقَت أُمَّتِي
عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبعِينَ مِلَّةً, كُلُّهُم فِي النَارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً,
قَالُوا : وَمَن هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ : مَا أَنَا عَلَيهِ وَأَصحَابِي
"Orang-orang
Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 golongan dan orang-orang Nashrani seperti
itu juga. Adapun umat ini terpecah menjadi 73 golongan" didalam riwayat
lain disebutkan : "Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan
dan umatku terpecah menjadi 73 golongan semuanya di neraka kecuali satu. Para
sahabat bertanya : siapa yang (selamat) itu wahai Rasulullah ? beliau menjawab
: (Yang mengikuti aku dan para sahabatku)." (HR.Tirmidzi dengan sanad
yang hasan)
6. Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam r bersabda:
اقتَدُوا بِاللذَينِ مِن
بَعدِي : أَبِي بَكر وعُمَرَ
"Ikutilah
jejak dua orang sesudahku : Abu Bakar dan Umar" (HR.Tirmidzi, Ibnu
Majah, Ahmad dan selainnya)
7. Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu’anhu seorang sahabat
Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam berkata:
"Barangsiapa
yang ingin mencari suri tauladan yang baik maka jadikan yang telah meninggal
sebagai suri tauladan, karena yang masih hidup tidak bisa dijamin selamat dari
fitnah. Mereka adalah para sahabat Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam.
Mereka adalah semulia-mulianya umat ini, yang paling baik hatinya, yang paling
mendalam ilmunya, yang tidak berlebih-lebihan. Mereka adalah sekelompok orang
yang Allah pilih untuk menemani Nabi-Nya serta untuk menegakkan agama-Nya. Maka
kenalilah jasa-jasa mereka dan ikuti jejak mereka serta berpegang teguhlah
dengan akhlak serta agama mereka karena mereka berada diatas jalan yang
lurus".[8]
8. Imam Al-'Auza'i rahimahullahu berkata:
"Bersabarlah
dirimu diatas sunnah, berhentilah sebagaimana mereka berhenti, dan katakanlah
seperti apa yang mereka katakan serta cegahlah dari apa yang mereka cegah.
Telusurilah jejak salafush sholeh".[9]
9. Imam ahlu sunnah wal jama'ah Ahmad bin Hambal rahimahullahu
berkata di dalam awal kitabnya ushulus sunnah:
"Termasuk
prinsip aqidah kita adalah berpegang teguh dengan metode para sahabat
Rasulullah r serta mengikuti jejak mereka".
10. Ibnu Abil 'Izzi rahimahullahu berkata:
"Mengikuti
para sahabat adalah petunjuk sedangkan menyelisihi mereka adalah kesesatan".[10]
·
Bolehkah kita memakai istilah
Salafi atau Salafiyah ?
Allah Ta’ala memerintahkan
kita untuk bertanya kepada para ahli ilmu/ulama jika kita tidak mengetahui
suatu permasalahan,
فَسـَٔلُواْ أَهلَ ٱلذِّكرِ
إِن كُنتُم لَا تَعلَمُونَ
"Maka
tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui".
(QS.Al-Anbiya' : 7)
- Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata:
"Tidak tercela orang yang menampakkan madzhab salaf dan dia menisbatkan
diri kepadanya [11] serta berbangga dengan madzhab salaf, bahkan wajib menerima
hal tersebut menurut kesepakatan karena tidaklah madzhab salaf kecuali
benar".[12]
- Imam
Adz-Dzahabi rahimahullahu berkata: "Yang dibutuhkan oleh
seorang Al-Hafidz (ahli hadits) adalah ketakwaan, kecerdasan, kepandaian dalam
bahasa arab dan nahwu, kesucian hati, pemalu serta menjadi Salafi….".[13]
- Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullahu
pernah ditanya: Bagaimana pendapat anda terhadap orang yang
menamakan dirinya Salafi dan Atsari, apakah ini termasuk memuji diri ? Beliau
menjawab : "Apabila dia benar-benar Atsari atau Salafi maka tidak mengapa.
Hal ini seperti yang pernah dikatakan oleh para salaf dahulu : Fulan Salafi,
fulan Atsari. Ini termasuk pujian yang harus dan wajib".[14]
- Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahullahu
berkata: "Ahlussunnah wal jama'ah adalah para salaf sampai generasi
terakhir. Barangsiapa yang berada diatas jalannya Nabi shalallahu' alaihi wa sallam dan para sahabatnya
maka dialah Salafi".[15]
- Syaikh
Bakar bin Abdillah Abu Zaid rahimahullahu berkata:
"Jadilah engkau sebagai seorang Salafi yang menelusuri jejak salafush
sholeh dari kalangan sahabat radhiyallahu' anhu dan yang mengikuti mereka dengan baik dalam
permasalahan agama ini seperti tauhid, ibadah dan selainnya".[16]
- Syaikh
Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan hafidzahullahu berkata:
"Salafiyah adalah meniti jejak salaf dari kalangan sahabat, tabi'in dan
generasi yang utama baik dalam aqidah, pemahaman, dan akhlak. Dan wajib bagi
setiap muslim untuk mengikuti jalan mereka".[17]
- Syaikh
Abdul Aziz bin Nada Al-Utaibi hafidzahullahu berkata:
“Sesungguhnya Salafiyah adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman
salafush shaleh. Salafiyah adalah metode dan jalan yang paling baik karena dia
berpegang teguh dengan jalan generasi pertama umat Islam (Sahabat Nabi).
Salafiyah adalah jalan yang lurus karena berpegang teguh dengan nash dan astar
serta memahami maksud syariat dan mengamalkannya. Membuang jauh-jauh pemikiran
dan pendapat yang menyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah....Salafi sebagai gelar
untuk memperkenalkan dan membedakan diri dari kelompok dan solongan sempalan
kaum muslimin yang menyimpang dari kebenaran”.[18]
·
Ciri-ciri Salafi sejati :
Setelah
dijelaskan diatas wajibnya mengikuti manhaj salafush sholeh serta dibolehkannya
menamakan diri sebagai Salafi, maka perlu disebutkan disini ciri-ciri utama
seorang yang bisa dikatakan sebagai Salafi, Ahlussunnah wal jama'ah,
al-firqotun najiyah dan thoifah manshuroh :
1. Menjadikan
Al-Qur'an dan sunnah sebagai pedoman hidup dalam segala perkara.
2. Memahami
agama ini sesuai dengan pemahaman para sahabat terutama dalam masalah aqidah.
3. Tidak
menjadikan akal sebagai landasan utama dalam beraqidah.
4. Senantiasa mengutamakan dakwah kepada tauhid
ibadah.
5. Tidak
berdebat kusir dengan ahli bid'ah serta tidak bermajlis dan tidak menimba ilmu dari
mereka.
6. Berantusias
untuk menjaga persatuan kaum muslimin serta menyatukan mereka diatas Al-Qur'an dan sunnah sesuai
pemahaman salafush sholeh.
7. Menghidupkan
sunnah-sunnah Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam dalam bidang
ibadah, akhlak dan dalam segala bidang kehidupan hingga merekapun terasing.
8. Tidak
fanatik kecuali hanya kepada Al-Qur'an dan sunnah.
9. Memerintahkan
kepada yang baik dan mencegah dari kemungkaran.
10.Membantah setiap yang menyelisihi syariat baik
dia seorang muslim atau non muslim.
11.Membedakan antara ketergelinciran ulama ahli
sunnah dengan kesesatan para dai-dai yang menyeru kepada bid'ah.
12.Selalu taat kepada pemimpin kaum muslimin
selama dalam kebaikan, berdoa untuk mereka serta menasehati mereka dengan cara yang baik dan
tidak memberontak atau mencaci-maki mereka.
13. Berdakwah dengan cara hikmah.[19]
14.Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agama
yang bersumberkan kepada Al-Qur'an dan sunnah serta pemahaman salaf, sekaligus
meyakini bahwa umat ini tidak akan
menjadi jaya melainkan dengan ilmu tersebut.
15.Bersemangat dalam menjalankan Tashfiyah
(membersihkan Islam dari kotoran-kotoran yang
menempel kepadanya seperti syirik, bid'ah, hadits-hadits lemah dan lain
sebagainya) dan Tarbiyah (mendidik umat diatas Islam yang murni terutama dalam
bidang tauhid).[20]
Kesimpulan :
1. Wajib
mengikuti pemahaman salaf dalam beragama.
2. Disyariatkan/dibolehkan
menamakan diri sebagai Salafi jika memang memiliki ciri-ciri diatas.
3. Salafiyah
bukan kelompok seperti jama'ah tabligh, ikhwanul muslimin, hizbut tahrir atau
yang lainnya yang memiliki pendiri dan tahun pendirian, tapi Salafiyah hanyalah
metode yang berlandaskan kepada pemahaman salafush sholeh dari kalangan
sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in yang tidak memiliki pemimpin melainkan
Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam.
4. Manhaj/metode
salaf adalah benar, adapun individunya bisa salah bisa benar (tidak maksum).
5. Istilah
Salafi bukan hal baru dalam sejarah Islam.
_________________________________________________
[1] Lisanul
arab 9/159.
[2]
Tahriirul maqoolah min syarhil risalah hal.207-208.
[3] Al-Ansaab 7/104.
[4] Al-Lajnah Ad-daaimah lil buhust
al-ilmiyah no.1361.
[5] Lihat
ta'liq Syaikh Hamd At-Tuweijiri terhadap kitab Aqidah Hamawiyah hal.203
[6] Aqidatusy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
As-Salafiyah hal.195.
[7]
Madaarijus saalikin 1/72-73.
[8] Syarah Aqidah Thohawiyah 2/546 oleh Ibnu Abil
'Izzi Al-Hanafi.
[9] Syarhu ushul I'tiqod ahlis sunnah wal jama'ah
1/154 oleh Al-Lalika'i
[10] Syarah Aqidah Thohawiyah 2/244.
[11] Maksud menisbatkan tersebut adalah dengan
mengatakan "Salafi", wallahu a'lam.
[12] Majmu'
fatawa 4/149.
[13] Siyar
A'lamin Nubala' 13/380. .
[14] Lihat footnote kitab Al-Ajwibah Al-Mufidah
'an as-ilatil manahij al-jadiidah oleh Syaikh Sholeh Al-Fauzan –hafidzahullahu-
hal.17.
[15] Syarah Aqidah Al-Wasithiyah 1/54.
[16] Hilyah tholibil ilmi hal 28 dengan syarah
Syaikh Al-Utsaimin.
[17] Al-Ajwibah Al-Mufidah hal.103-104.
[18] Man As-Salafiyyun? Hal.25-26.
[19] Diantara makna hikmah adalah meletakkan
sesuatu pada tempatnya. Oleh karena itu dakwah tidak selalu dengan lemah lembut
tapi terkadang harus dengan sikap tegas dan keras, semuanya disesuaikan dengan
keadaan. (Lihat Ad-Dakwah ilallah oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz v dan Min
ma'alimil manhaj an-nabawi fid dakwah ilallahu oleh Syaikh Muhammad Musa Alu
Nashr).
[20] Lihat
kitab Irsyad Al-Bariyah ila syar’iyah al-intisab li As-Salafiyah oleh Syaikh Abu Abdissalam Hasan bin Qasim
Al-Husaini Ar-Riimi As-Salafi.
Posting Komentar