Pendidikan Islamiyah melahirkan
generasi shalih dan shalihah
(Oleh: Abu Ahmad Mustakim al-Lampunjy)
(Oleh: Abu Ahmad Mustakim al-Lampunjy)
Sesungguhnya pendidikan islamiyah adalah suatu
pekerjaan yang berat dan usaha yang membutuhkan banyak waktu. Dia merupakan hal
yang sangat penting dari awal diciptakannya manusia sampai sekarang, bahkan
pendidikan islamiyah adalah suatu amalan yang afdhol (utama). Terlebih
dari itu, pendidikan islamiyah adalah pendidikan asasi yang wajib di tanamkan
dalam setiap jiwa muslim. Pendidikan islamiyah adalah suatu amalan yang
digeluti dan diajarkan oleh Salaful Ummah dari generasi ke generasi sampai zaman ini. Sehingga tidak
sedikit dari didikan mereka yang menjadi generasi terbaik dalam berjuang
dijalan Allah Ta’ala. Berbeda dengan kaum muslimin zaman sekarang, di mana
sebagian orang tuanya tidak mengerti dan tidak memperhatikan keadaan pendidikan
anaknya, sehingga betapa banyak kita dapati anak-anak kaum muslimin yang tidak
mengetahui hukum-hukum, adab, akhlak Islamiy, Wanauzu billah. Maka dalam
tulisan ini akan dijelaskan secara ringkas tentang anjuran dan trik bagaimana
cara mendidik anak menjadi generasi shalih dan shalihah. Hal ini sebagaimana
dijelaskan oleh Syaikh
Abdurrahman Aayid dalam kitapnya Tarbiyatul aulad ala al-Aadab as-Syar’iyah, hal.
5-14.
Anjuran
Mendidik Anak
Sesungguhnya Islam sangat menganjurkan kedua orang tua untuk mendidik anak-anaknya
dan berusaha melindungi mereka dari api neraka, Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai
orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api
neraka.” (QS. at-Tahrim [66]: 6)
Allah ’A zza wa Jalla berfirman:
وَأْمُرْ
أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْها
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thoha
[20]: 132)
Adapun dalil dari Sunah, Rasulullah shalallahu’alaihiwassalam bersabda:
الرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ
بَيْتِهِ، وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى
أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا، وَوَلَدِهِ وَهِيَ
مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ
“Seorang
laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas
kepemimpinannya. Dan seorang wanita adalah pemimpin bagi rumah suami dan anak-anaknya,
dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinanya.” (HR. Bukhari 7138)
Dahulu para ulama salaf sangat semangat dan antusias sekali
dalam mendidik anak-anaknya, mereka pun mencarikan pendidik khusus untuk
anak-anaknya. Dari sini tidak diragukan lagi bahwasanya pendidikan itu memiliki
pengaruh yang besar dalam memperbaiki budi pekerti anak; anak-anak itupun pada
asalnya dilahirkan dalam keadaan fitrah, kemudian barulah datang peran
pendidikan yang bisa menjaga atau merusak kefitrahannya. Rasulullah shalallahu’alaihiwassalam bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ
يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ
يُمَجِّسَانِهِ.
“Setiap anak
Adam itu dilahirkan di atas fitrah
(Tauhid), maka bapaknyalah yang menjadikan anaknya beragama yahudi atau Nasroni
atau Majusi” (HR. Bukhari 1385)
Maka anak kecil itu adalah sebuah amanah bagi orang tuanya. Apabila orang
tuanya mengajarkan kebaikan maka anaknya akan mengikuti kebaikan, dan apabila orang
tuanya membiasakan mengajari kejelekan maka anaknya pun akan mengikutinya.
Bagaimana Mendidik Anak menjadi shalih dan shalihah?
1.
Memilih
istri yang shalihah dan suami yang shalih
Memilih istri shalihah atau suami shalih adalah satu trik
atau tata cara yang pertama untuk mendapatkan pendidikan yang Salimah
(selamat), sebagaimana kita ketahui dalam sabda Nabi shalallahu’alaihiwassalam:
إِذَا أَتَاكُمْ
مَنْ تَرْضَوْنَ خُلُقُهُ وَدِيْنُهُ فَزَوِّجُوْهُ
“Apabila
datang kepada kalian seseorang yang diridhai akhlak dan agamanya, maka
nikahkanlah” (HR. Tirmizi 201, dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam as-Shahihah
no. 1022)
Kemudian
Rasulullah shalallahu’alaihiwassalam sabda:
فَاظْفَرْ
بِذَاتِ الدِّينِ، تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Pilihlah
wanita yang bagus agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari
5066, Muslim 1400)
2.
Berdoa,
agar Allah memberikan rezeki keturunan yang shalih
Yaitu Senantiasa berdoa kepada Allah sebelum diberi rezeki anak, dengan
mengucapkan:
رَبَّنا هَبْ
لَنا مِنْ أَزْواجِنا وَذُرِّيَّاتِنا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنا
لِلْمُتَّقِينَ إِماماً
“Wahai Rab kami, anugrahkanlah kepada
kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.
aL-Furqon [25]: 74)
3.
Mengucapkan
“Bismillah” dan berdoa sebelum bejima’
Hal ini
berdasarkan hadis Nabi shalallahu’alaihiwassalam:
لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ
أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ، فَقَالَ: بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا
الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا، فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ
بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ لَمْ يَضُرُّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا
“Apabila salah
seorang kalian mendatangi istrinya, hendaknya dia mengucapkan: Dengan menyebut
nama Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari apa yang
engkau karuniakan kepada kami. Maka apabila Allah menetapkan lahirnya seorang
dari hubungan antara keduanya, niscaya syaitan tidak akan membahayakan
selama-lamanya.” (HR. Bukhari 3271, Muslim 1434)
4.
Menanamkan
aqidah dan iman pada jiwa anak
Yaitu dengan mengajarinya tentang rukun-rukun iman dan
islam, mengimani perkara-perkara gaib seperti adanya nikmat dan azab kubur,
begitu pula mengimani adanya Surga dan Neraka. Demikian juga menumbuhkan muraqobatullah
(merasa diawasi) oleh Allah subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana nasihat
Lukman kepada anaknya:
"Hai
anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi
Maha Mengetahui” (QS. Luqman [31]: 16)
Direalisasikan dengan menumbuhkan kecintaan dan rasa
takut kepada Allah Ta’ala, yaitu dengan mengingatkan berbagai kenikmatan-kenikmatan
yang diberikan Allah serta menakut-nakuti akan pedihnya azab Allah. Membiasakan
amalan-amalan shalih, yaitu dengan mengajarkan Sholat, al-Qur’an, dan dzikir-dzikir
syar’i. Membacakan sebagian ayat-ayat atau hadits tentang ancaman atau anjuran. Mendaftarkan mereka dalam
Sebuah halaqoh dari halaqoh Qur’an. Serta menemaninya berziarah kubur dan menjenguk
orang sakit.
5.
Menanamkan
akhlak yang terpuji pada jiwa anak
Yaitu dengan mendidiknya untuk selalu jujur, amanah,
istikomah, mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi,
membantu masyarakat, memuliakan tamu dan sifat-sifat yang lainnya semisal dari
itu. Di samping itu mendidiknya untuk menjauhi akhlak-akhlak tercela seperti;
dusta, mencela, dan perkataan-perkataan jorok.
6.
Mendidik
mereka untuk memperhatikan hak-hak orang lain
Terutama mendidik
mereka untuk memperhatikan hak-hak kedua orang tua, yaitu tidak berjalan di
depan keduanya, tidak memanggil keduanya dengan nama-nama yang tidak layak (tanpa
memanggil dengan panggilan “Umi” atau “Abi”), tidak
mendahului duduk sebelum keduanya duduk, tidak menolak nasehat-nasehatnya,
tidak menyelisihi perintahnya, tidak memulai makan sebelum keduanya makan, tidak
mengangkat suara di depan keduanya, tidak keluar rumah kecuali dengan izinnya,
tidak memotong pembicaraannya ketika berbicara dengan orang lain, tidak gaduh
sampai mengganggu tidurnya, memenuhi panggilan keduanya dengan cepat, dan
selain dari itu semuanya dari adab-adab terhadap kedua orang tua.
7.
Mendidik
mereka agar senantiasa memperhatikan adab-adab terhadap masyarakat
Yaitu menjaga adab makan, salam, meminta izin, duduk,
berbicara, bergaul dengan masyarakat dan segala hal yang menyangkut adab-adab
bermasyarakat yang baik. Serta mengajarkan mereka untuk melakukan amar
ma’ruf nahi munkar; dengan didasari menghilangkan sifat pengecut dan takut.
Inilah beberapa penjelasan singkat mengenai usaha atau
trik pendidikan Islamiyah terhadap anak, agar menghasilkan anak shalih dan
shalihah, mudah-mudahan bermanfaat. Wallahu’alam.
Posting Komentar