MENUAI WARISAN PARA NABI
(Oleh : Abu Haura al-Barbasyi)
Rasulullah shalallahu'alaihi wa salam bersabda:
الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، وَالأَنْبِيَاءُ لَمْ يُوَرِّْثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا، وَإِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ،
فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّْ وَافِرٍ.
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi, dan para
nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu,
maka barang siapa mengambilnya niscaya telah mengambil keuntungan yang banyak.
(HR. Abu Dawud, no. 3641,
Ibnu Majah, no. 223, at-Tirmidzi, no. 2682)
Seandainya kita mendapatkan harta warisan dari orang tua,
tentu kita akan merasa gembira karena telah mendapatkan harta tanpa bekerja.
Lantas, bagaimanakah bila kita mendapatkan warisan terbesar yang dijanjikan
Rasulullah shalallahu'alaihi wa salam kepada umatnya, tentu saja kita akan jauh lebih bahagia.
Karena warisan tersebut akan membawa kita kepada jalan Allah ta’ala.
Ketahuilah, warisan tersebut adalah ilmu agama. Hendaklah setiap muslim
mencarinya, agar dapat bahagia hidup di dunia dan di akhirat.
PENGERTIAN ILMU
Secara bahasa al-ilmu adalah lawan dari al-jahlu,
artinya mengetahui sesuatu dengan pasti sesuai dengan hakekatnya. Sedangkan
secara istilah, sebagian ulama mengatakan bahwa ilmu adalah al-ma’rifah
(pengetahuan) sebagai lawan dari al-jahlu (kebodohan). Menurut ulama
yang lainnya, ilmu terlalu jelas untuk didefinisikan. Adapun ilmu yang kita
maksud di sini adalah ilmu syar’i, yaitu ilmu yang diturunkan Allah kepada
Rasulullah shalallahu'alaihi wa salam yang berupa penjelasan dan
petunjuk. Jadi, ilmu yang terkandung di dalamnya sanjungan dan pujian adalah
ilmu wahyu, yaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah ta’ala. (Kitabul
‘ilmi, Syaikh al-‘Utsaimin, hal. 11)
ILMU YANG HARUS DICARI
Ilmu yang diperhatikan manusia ada dua: ilmu dunia dan
ilmu agama.
Ilmu dunia Allah berikan kepada orang yang disukai dan
yang tidak disukai oleh-Nya. Sedangkan ilmu agama tidaklah Allah berikan
kecuali kepada orang yang dicintai-Nya. (ad-Durus al-‘Ilmiyah al-‘Ammah, Asyrof
bin Kamal, hal. 55-56)
Inilah di antara makna hadits Rasulullah shalallahu'alaihi wa salam:
مَنْ يُرِدِ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ.
Barang siapa yang dikehendaki kebaikan, maka Allah akan
pahamkan dia dalam urusan agama. (HR.
Bukhori)
Dan juga makna hadist Rasulullah shalallahu'alaihi wa salam:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ.
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Quran dan
mengajarkannya. (HR. Bukhori, no. 4739,
dll)
Oleh karena itu, ilmu yang dimaksud dalam al-Quran dan
Hadits adalah ilmu agama, bukan ilmu dunia. Hendaklah ilmu agama senantiasa
dicari oleh manusia. Ibnul Qoyyim Rahimahullah menyebutkan dalam Qoshidah Nuniyyahnya:
الْعِلْمُ قَالَ
الله وَقَالَ رَسُوْلُهُ قَالَ
الصَّحَابَةُ هُمْ أُوْلُوْ الْعِرْفَانِ
Ilmu adalah firman Allah dan sabda Rasulullah
Serta perkataan shahabat,
merekalah pemilik pengetahuan
KEUTAMAAN ILMU SYAR’I
Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin v berkata dalam kitabnya Kitabul
‘ilmi (hal. 15-18) beberapa
keutamaaan menuntut ilmu agama, antara lain:
1. Ilmu agama adalah warisan para nabi.
Ilmu agama merupakan warisan yang lebih mulia dan lebih
berharga dari segala macam warisan. Sebagaimana yang dijelaskan pada hadits di
atas. (hal. 1)
2.
Ilmu
akan tetap kekal meskipun pemiliknya telah meninggal dunia, beda halnya dengan
harta yang menjadi rebutan manusia pasti akan sirna.
Kita tentu mengenal Abu Hurairoh radhiyallahu anhu, sahabat Rasulullah shalallahu'alaihi wa salam yang terkenal dengan
gudangnya periwayatan. Walaupun beliau termasuk kaum yang papa, hartanya telah
sirna, akan tetapi ilmunya tak pernah sirna, kita semua masih tetap membacanya.
Inilah buah seperti yang tersebut dalam hadis Rasulullah: “ Jika manusia
meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali 3 perkara: shodaqoh
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan orang tuanya “
(HR. Muslim 1631, At-Tirmidzi 2880, An-Nasai 3651, Ibnu Majah 242, Ahmad 8627)
3. Ilmu tidak menyusahkan pemiliknya.
Orang berilmu tidak membutuhkan gedung yang tinggi dan
besar untuk meletakannya, cukup disimpan dalam dada dan kepala. Bahkan ilmu itu
akan menjaga pemiliknya sehingga memberi rasa aman dan nyaman. Lain halnya
dengan harta yang semakin bertumpuk, semakin susah pula mencari tempat
menyimpannya, belum lagi harus menjaganya dengan susah payah bahkan bisa
menggelisahkan pemiliknya.
4. Ilmu mengantarkan manusia untuk menjadi saksi
atas kebenaran dan keesaan Allah.
Allah ta’ala berfirman:
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia
(yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang
yang berilmu juga menyatakan yang demikian itu. (QS. Ali Imron: 18)
Apakah Allah ta’ala mengatakan orang-orang yang
berharta? Tidak, akan tetapi Allah berkata, yang menegakan keadilan adalah
orang-orang yang berilmu.
5.
Para
ulama merupakan golongan petinggi kehidupan yang Allah perintahkan untuk
menaatinya.
Allah azza wa jalla berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. (QS. an-Nisa`: 59)
Ulil amri
disini mencakup pemimpin dan ulama. Ulama berkewajiban menjelaskan dengan
gamblang syariat Allah dan mengajak manusia ke jalan Allah. Sedangkan kewajiban
pemimpin adalah menjalankan syariat dan mengharuskan manusia untuk
menegakannya.
6.
Para
ulama, mereka itulah yang tetap tegar dalam mewujudkan syariat Allah sampai
datangnya hari kiamat.
Hal ini berdasarkan hadis dari Mu’awiyah radhiyallahu anhu bahwa beliau berkata: Aku
mendengar Rasulullah shalallahu'alaihi wa salam bersabda: Umat ini akan senantiasa tegak di atas
perintah Allah, tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi
mereka sampai datang keputusan Allah. (HR. Bukhori, no. 71, Muslim, no.
1037)
Imam Ahmad mengatakan: Jika mereka bukan Ahlul Hadits
maka aku tidak tahu siapa mereka itu.
7. Rasulullah n tidak
membolehkan seseorang hasad/dengki terhadap nikmat yang telah Allah ta’ala
berikan kepada manusia, kecuali dalam dua perkara:
Pertama,
orang yang menuntut ilmu dan mengamalkannya. Kedua, seorang pedagang
yang hartanya diinfakan dijalan islam. (HR. Bukhori & Muslim)
8. Ilmu adalah jalan menuju surga.
Rasulullah shalallahu'alaihi wa salam bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ الله لَهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ.
Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu,
niscaya Allah mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim, no. 2699)
9.
Ilmu
merupakan pertanda kebaikan seorang hamba.
Tidaklah akan menjadi baik kecuali orang yang berilmu,
sekalipun bukan jaminan mutlak orang
yang mengaku punya ilmu mesti baik. Rasulullah shalallahu'alaihi wa salam bersabda:
مَنْ يُرِدِ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ.
Siapa yang Allah kehendaki kebaikan, Allah akan pahamkan
ia dalam masalah agama. (HR. Bukhori, no. 71,
Muslim, 1037)
10. Ilmu adalah cahaya.
Ilmu menerangi kehidupan seorang hamba sehingga dia tahu
bagaimana beribadah kepada Allah dan
bermuamalah dengan para hamba Allah, sehingga di akan selalu berjalan di dunia
ini di atas ilmu.
11.
Orang
yang berilmu adalah cahaya bagi manusia lainnya.
Dengan perantara orang berilmu manusia bisa mendapat
petunjuk jalan dalam kehidupannya. Saudara sekalian tentunya ingat sebuah kisah
seorang pembunuh yang menghabisi 100 nyawa. (HR. Bukhori, no. 3470, Muslim, no.
2766).
Dia bunuh juga seorang ahli ibadah sebagai korban yang ke
100, karena jawaban bodoh darinya yang mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi
pintu taubat bagi pembunuh nyawa manusia. Akhirnya ia datang kepada orang yang
berilmu, dan disana ia mendapatkan jalan taubat. Dia pun mendapatkan penerangan
bagi jalan hidupnya. Lihatlah, wahai saudaraku, perbedaan yang sangat jauh
antara orang yang bodoh dan berilmu.
12.
Allah
akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu di dunia dan di akhirat.
Di dunia Allah ta’ala akan angkat derajatnya di
tengah-tengah umat manusia sesuai dengan tingkat amal yang ia tegakkan.
Sedangkan di akhirat Allah akan angkat derajatnya sesuai dengan derajat ilmu
yang telah diamalkan dan didakwahkannya. Allah berfirman:
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. al-Mujadilah: 11)
Itulah diantara keutamaan menuntut ilmu yang akan didapat
oleh pemiliknya. Maka, hendaknya sebagai seorang muslim, kita meminta tambahan
ilmu kepada Allah ta’ala sebagaimana Rasulullah n telah memintanya. Allah ta’ala berfirman:
Dan katakanlah: Wahai Robb-Ku tambahkanlah ilmu kepadaku.
(QS. Thoha: 114) []
(Buletin al-Iman STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya Edisi ke-02)
Posting Komentar