USLUB BAHASA ARAB USLUB BAHASA ARAB Author
Title: KEDUDUKAN LELAKI DAN KESHALIHAN WANITA DALAM ISLAM
Author: USLUB BAHASA ARAB
Rating 5 of 5 Des:
KEDUDUKAN LELAKI DAN KESHALIHAN WANITA DALAM ISLAM (Oleh: Abu Ahmad Mustakim al-Lampunjy) Lelaki Adalah Pemimpin Sesungguhnya Islam t...
KEDUDUKAN LELAKI DAN KESHALIHAN WANITA DALAM ISLAM
(Oleh: Abu Ahmad Mustakim al-Lampunjy)
Lelaki Adalah Pemimpin
Sesungguhnya Islam telah meletakkan kedudukan lelaki di atas kedudukan wanita dalam segala hal, terlebih lagi dalam hal kepemimpinan. Pada dasarnya kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, hal ini dikarenakan Allah Ta’ala telah melebihkan mereka atas kaum wanita. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya-pent) ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara mereka.” (mereka; maksudnya, Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli istrinya dengan baik-pent) (QS. an-Nisaa’ [4]: 34)
Ayat ini menegaskan bahwa kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, sebagaimana pula menjelaskan tentang keshalihan seorang wanita. Menurut Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya “Tafsir Ibnu Katsir” Jilid II, halaman  501, beliau mengatakan: “Lelaki itu adalah pemimpin yang menegakkan (bertanggung jawab) terhadap kaum wanita, pembesar, hakim, dan pendidiknya ketika mereka menyimpang. Karena lelaki itu lebih utama dan lebih baik dari mereka, sehingga kenabian dikhususkan pada kaum lelaki, dan demikian pula kepemimpinan negara. Karena Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمْ امْرَأَةٌ
Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang mengangkat urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.” (HR. Bukhari: 4425)
Ibnu Katsir rahimahullah melanjutkan “Dan demikian pula (khusus untuk lelaki) jabatan kehakiman dan hal-hal lainnya. Karena laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka, yaitu berupa mahar/mas kawin, nafkah dan berbagai tanggung jawab yang diwajibkan Allah 'Azza wa Jalla kepada mereka dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam. Maka dalam diri lelaki itu ada kelebihan dan keutamaan atas perempuan dalam hal jiwanya. Laki-laki pun memiliki keutamaan dan kelebihan lain, sehingga tepat untuk menjadi penanggung jawab atas wanita, hingga sesuailah kalau lelaki itu menjadi pemimpin atas wanita.” Sebagaimana Firman Allah Ta’ala:
وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan laki-laki memiliki satu derajat lebih atas wanita.” (QS. al-Baqarah [2]: 228)
                Syaikh Abdurrrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata dalam tafsirnya: “Kedudukan kenabian, kehakiman, imam masjid (shalat jamaah), maupun kekhalifahan, serta segala kekuasaan adalah khusus bagi laki-laki dan mempunyai hak dua kali lipat dari hak kaum wanita dalam banyak perkara seperti warisan dan semacamnya.” (Taisirul Karimir Rahman karya Syaikh as-Sa’di Juz II, Hal 102)
 Keshalihan Seorang Wanita Dan Tanda-Tandanya
Selanjutnya, arti ayat: “Sebab itu maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri” maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya; “ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu AllahTa’ala telah memelihara (mereka).” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النِّسَاءِ امْرَأَةٌ إِذَا نَظَرْتَ إِلَيْهَا سَرَّتْكَ، وَإِذَا أَمَرْتَهَا أَطَاعَتْكَ، وَإِذَا غِبْتَ عَنْهَا حَفِظَتْكَ فِي نَفْسِهَا وَمَالِكَ. قَالَ: ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ"
Sebaik-baik wanita adalah yang apabila engkau melihatnya, maka dia menyenangkanmu, apabila engkau memerintahnya, dia mentaatimu, dan jika engkau tidak berada di sisinya, dia menjagamu dan menjaga dirinya dan hartamu.” Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca ayat: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (Tafsir ath-Thabari karya Abu Ja’far at-Tabari (8/295)
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menyampaikan kabar gembira bagi wanita shalihah dengan sabdanya:
إِذَا صَلَّتْ الَمرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيْلَ لَهَا: اُدْخُلِيْ الجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الجَنْةِ شِئْتِ
“Jika seorang wanita menjaga shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya, niscaya akan dikatakan padanya: ‘Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki.’” (HR. Ahmad (1661), dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Targib wa at-Tarhib 1932)
Hadits ini juga menjelaskan akan kedudukan wanita di bawah kepemimpinan lelaki, yang diisyaratkan dengan sabdanya “وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا” (mentaati suaminya). Adapun mengenai rahasia rumah tangga, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengisyaratkan sebuah larangan bagi istri maupun suami untuk menyebarkan rahasia hubungan mereka berdua melalui sabdanya:
إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِى إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِى إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا
Sesungguhnya termasuk manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat (yaitu), laki-laki yang berhubungan dengan istrinya dan istrinya pun berhubungan dengannya, kemudian ia menyiarkan rahasia hubungan suami istrinya itu.” (HR. Muslim 1537)
Semua hal di atas adalah merupakan bentuk ketakwaan seseorang, dimana derajat takwa itu adalah derajat yang paling tinggi di sisi Allah Ta'ala, sebagaimana Firman-Nya:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
"Sesungguhnya yang paling mulia dari kamu sekalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa." (QS. al-Hujurat [49]: 13)
Keshalihan Wanita Adalah Pujian Bagi Dirinya
Islam menempatkan wanita shalihah pada kedudukan yang sangat terpuji. Karena dalam membina, mengarahkan dan usaha keras mereka untuk menjadikan dirinya sebagai wanita shalihah adalah perkara yang besar lagi banyak godaannya. Sehingga wanita itu sendiri membutuhkan perjuangan yang penuh guna mempertahankan diri agar menjadi shalihah yang taat kepada aturan Allah dan Rasul-Nya. Maka sesuai dengan istilah "al-Jazaa`u min jinsil ‘amal,” (imbalan itu sesuai dengan perbuatan), wanita shalihah sangat dihormati dalam Islam. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memberikan pujian dan simpati terhadap wanita shalihah, yaitu sebagai perhiasan yang paling baik di muka bumi ini.
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
Dunia ini adalah perhiasan yang menyenangkan hati, dan sebaik-baik perhiasan yang menyenangkan itu adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim 1467)
Betapa tingginya derajat wanita shalihah dalam Islam. Dia paling baik di antara hal-hal yang disenangi manusia. Berarti sudah merupakan puncak yang tiada saingannya lagi. Adapun wanita yang tidak shalihah itu adalah sebaliknya, yaitu paling menyebalkan dan menyengsarakan keluarga dan suaminya. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَمَ ثَلاَثٌةٌ وَمِنْ شَقَاوَةِ ابْنِ آدَمَ ثَلاَثَةٌ. مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَمَ الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ وَالْمَسْكَنُ الصَّالِحُ وَالْمَرْكَبُ الصَّالِحُ. وَمِنْ شَقَاوَةِ ابْنِ آَدَمَ الْمَرْأَةُ السُّوْءُ وَالْمَسْكَنُ السُّوْءُ وَالْمَرْكَبُ السُّوْءُ.
"Di antara (unsur) kebahagiaan anak Adam (manusia) adalah tiga hal. Dan di antara (unsur) sengsaranya Bani Adam ada tiga (juga). Di antara unsur kebahagiaan manusia yaitu: istri yang shalihah, tempat tinggal yang baik, dan kendaraan yang bagus. Dan di antara (unsur) penderitaan manusia adalah: istri yang buruk (tidak shalihah), tempat tinggal yang jelek, dan kendaraan yang buruk." (HR. Ahmad 1445, Shahih at-Targib wa at-Tarhib 1914)

Jadi, menjadi wanita shalihah tidaklah merugi, bahkan beruntung. Karena posisi wanita shalihah itu memang benar-benar terpuji dan mulia di sisi Allah 'Azza wa Jalla. Bahkan ia juga disebut sebagai perhiasan terbaik dunia dan unsur yang paling memberikan kebahagiaan bagi manusia. Demikianlah pembahasan singkat ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semuanya. Wallahu Ta’ala a’lam.  (Buletin al-Iman STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya Edisi 170)

About Author

Advertisement

Posting Komentar

 
Top