BERBAKTI
KEPADA AYAH & BUNDA
(Oleh: Ikhwan Azka Mufid)
Birrul walidain atau berbakti kepada orang tua adalah istilah
yang sudah sangat akrab di telinga kita. Namun kaum muslimin, terutama para
pemudanya, masih kurang menaruh perhatian dengannya. Sehingga tak jarang kita
mendengar berita-berita tentang kedurhakaan seorang anak terhadap orang tuanya,
seperti tidak mau taat kepada mereka, berkata kasar dan menyakitkan, bahkan
sampai tindak penganiayaan. Padahal dengan tegas Allah telah memerintahkan anak
untuk berbakti kepada orang tuanya. Allah ta’ala berfirman:
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي
الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ
الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
Dan
sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada kedua orang tua.
(QS.an-Nisa`: 36)
Syaikh Abdurrahman bin Nasir as-Sa’di v berkata:
Maksudnya berbuat baik terhadap mereka dengan perkataan yang mulia dan tutur
kata yang lembut serta perbuatan yang baik, dengan menaati perintah keduanya
dan memberi nafkah kepada keduanya. (Taisir al-Karim ar-Rohman, hal.
178)
Tak seorangpun di antara kita yang
mengingkari keutamaan orang tua terhadap anak-anaknya, karena mereka berdualah
sebab seorang anak ada di dunia ini. Kedua orang tua telah merawat kita sejak
kecil dengan kasih sayangnya tanpa menghiraukan rasa lelah dan letih. Maka
pantaslah bagi mereka untuk mendapatkan bakti mulia dari kita.
Seorang ibu yang telah mengandung sampai
melahirkan, nyawa menjadi taruhannya. Seorang ayah rela bekerja siang malam
membanting tulang demi untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Lantas, apakah
pantas seorang anak membalas semua itu dengan kedurhakaan?!
TIGA JANJI
ALLAH
Berbakti kepada orang tua adalah amal yang
sangat mulia, bahkan merupakan
hak kedua setelah hak Allah dan rasul-Nya. Sehingga di dalam al-Quran Allah
menyebutnya setelah menyebutkan hak-Nya. Banyak sekali dalil dari al-Quran
maupun as-Sunnah yang menjelaskan kepada kita akan wajibnya berbakti kepada orang tua.
Allah ta’ala berfirman:
أُولَئِكَ
الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجَاوَزُ عَنْ
سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا
يُوعَدُونَ (16) وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ
أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ
وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ
الْأَوَّلِينَ
Dan kami perintahkan kepada manusia agar
berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga
apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun di
berdoa, “ Ya Tuhan-ku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu
yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku
dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhoi, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir
sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertaubat kepada Engkau dan sungguh aku
termasuk orang muslim. Mereka itulah
oranag-orang yang kami terima amal baikannya yang telah mereka kerjakan, dan
orang-orang yang kami maafkan kesalahan-kesalahannya, mereka akan menjadi penghuni-penghuunin
surga. Itu janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (QS. al-Ahqof: 15-16)
Dalam ayat
tersebut Allah ta’ala mewasiatkan manusia agar berbuat baik kepada orang
tuanya dengan menyambung kebaikan terhadap keduanya, menaati keduanya dalam hal
yang baik, dan tidak boleh menyakiti keduanya. Allah mengkhususkan seorang ibu
dengan menambah penekanan, karena atas apa yang dihadapinya yang berupa kepayahan dan kesulitan saat mengandung,
melahirkan serta menyusui. Dan dalam ayat tersebut Allah menjanjikan tiga
keutamaan bagi seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya:
1)
Diterimanya amal-amal
kebaikannya serta diberi balasan yang baik atas apa yang ia perbuat.
2)
Diampuni
keburukan-keburukannya.
3)
Masuk surga Allah yang
sangat berharga. (Birrul Walidain
Adab wa ahkam, Kholid
al-Khorroz, hal. 14)
MENJAUHI
UCAPAN ‘AH’
Karena begitu agungnya
berbakti kepada orang tua, sampai-sampai Allah ta’ala melarang seorang
anak untuk menyakiti orang tua meskipun hanya sebatas mengucapkan kata “ah”.
Seorang anak hendaklah senantiasa bertutur kata yang santun kepada mereka dan
selalu mendoakan kebaikan bagi mereka berdua, terlebih lagi ketika keduanya
telah lanjut usia. Allah ta’ala
berfirman:
لَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ
إِلَهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُولًا (22) وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا
تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ
عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا
تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ
الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
(24)
Dan
Tuhan-mu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau
membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataaan yanga baik.
Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah
“ Wahai Tuhan-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku pada waktu kecil. (QS. al-Isro`: 23-24)
LEBIH MULIA DARI PADA JIHAD
Berbakti kepada orang tua
merupakan ibadah mulia, yang mana Rasulullah shalallahualaihi wa sallam mendahulukannya dari pada jihad di jalan
Allah, sebagaimana dalam sebuah hadist dari Ibnu Mas’ud radhiyallahuanhu, ia berkata:
Aku bertanya, “Wahai Rasullallah
amalan
apa yang paling dicintai
Allah? Beliau menjawab: Sholat tepat pada waktunya. Aku bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab: Berbakti
kepada orang tua. Aku bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab: Berjihad
di jalan Allah. (HR. Bukhori & Muslim)
Hadits ini menunjukan akan
pentingnya berbakti kepada orang tua yang telah dilalaikan oleh banyak manusia.
DURHAKA, DOSA BESAR
Setelah kita mengetahui kewajiban
serta keagungan berbakti kepada orang tua, hendaknya kita senantiasa
melaksanakan perintah ini sekuat tenaga, seraya mengharap keridhaan dari Allah ta’ala agar kita
mendapatkan pahala yang besar serta terjauhkan dari dosa akibat durhaka, karena
Rasulullah shalallahualaihi wa sallam bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ -ثَلاَثًا-: الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ أَوْ قَوْلُ الزُّوْرِ.
Maukah kalian aku kabarkan tentang dosa yang
paling besar -beliau
mengulanginya sampai tiga kali-?: Menyekutukan
Allah, durhaka kepada orang tua, persaksian dusta atau perkataan dusta. (HR. Bukhori & Muslim)
Semoga Allah azza wa jalla memudahkan
kita untuk selalu berbakti kepada orang tua. Hanya Allah semata Robb Pemberi
taufik. Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi
sempurna.
KISAH BAKTI ULAMA SALAF
Iyas bin Mu'awiyah radhiyallahu anhu
Ketika ibunda Iyas meninggal dunia
ia menangis. Seseorang bertanya: "Mengapa engkau menangis?" Ia
menjawab: "Sebelumnya aku mempunyai dua pintu yang terbuka untuk menuju
surga, namun sekarang salah satunya telah tertutup."
Manshur bin al-Mu'tamar radhiyallahu anhu
Muhammad bin Bisyr as-Sulami v pernah berkata: "Tidak ada seorang pun di kota Kufah yang lebih
berbakti kepada ibunya dari pada Manshur bin al-Mu'tamar dan Abu Hanifah,
dahulu Manshur biasa membelai rambut ibunya dan mengepangnya."
Haywah bin Syuraih radhiyallahu anhu
Pernah pada suatu ketika beliau
duduk di halaqoh ta'lim untuk mengajar para hadirin, ketika ia sedang
dalam keadaan seperti itu bundanya datang dan berkata: "Bangkitlah, ya
Haywah, beri makan ayam kita dengan gandum ini." Lalu beliau berdiri dan
meninggalkan ta'lim tersebut. Semoga Allah merahmati mereka.
[Diambil dari
kitab Birr al-Walidain Adab wa Ahkam, karya Khalid al-Kharraz,
dan kitab Ma'alim fi Thariq Thalab al-'Ilmi, karya Abdul Aziz bin
Muhammad as-Sadhan]
DI SANA ADA SURGA
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ
جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ، وَقَدْ
جِئْتُ أَسْتَشِيْرُكَ. فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ:
فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا.
Dari Mu'wiyah
bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi shalallahu alaihi wasallam lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku
ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu.
Beliau berkata: "Apakah engkau masih mempunyai ibu?" Ia menjawab: Ya,
masih. Beliau bersabda: "Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena
sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya."
Syaikh
al-Albani rahimahullahu berkata:
Sanadnya Hasan insya Allah. [Lihat: as-Silsilah adh-Dha'ifah wa
al-Maudhu'ah, pada penjelasan hadits no. 593]
(Buletin al-Iman STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya Ediri ke 03)
Posting Komentar